Saturday, December 5, 2009

Semar (4) - Moel

Di cerita Ramayana atau Mahabarata versi asli, tokoh Semar tidak dikenal. Semar adalah tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal asli jawa, di Jawa Tengah Semar punya anak, Petruk, Gareng, dan Bagong, pindah ke Jawa Timur, anak semar tinggal satu yaitu Bagong, dan Bagong sendiri punya anak namanya Besut, sedang kalau pindah ke Jawa Barat, anak Semar menjadi Cepot, Dawala dan Gareng. Ada banyak versi garis keturunan Semar, baik garis keatas ke para leluhur, maupun ke bawah garis anak -cucu.

Tipologi Semar dalam mitologi jawa adalah seorang penasehat, dalam perang Baratayuda versi asli penasehat pendawa adalah Kresna seorang, tapi dalam wayang jawa penasehatnya tambah satu Semar. Dalam cerita Ramayana Semar berperan sebagai pengasuh keluarga Sri Rama. Jadi nampaknya Semar ada dimana-mana . Dalam karya sastra jawa Semar bukan rakyat jelata, Semar adalah penjelmaan Batara Ismaya , kakak Batara Guru raja para dewa.

Tokoh Semar adalah perlambang kebijakan wong cilik, karena perannya sebagai pengasuh, abdi, batur atau rewang tetapi sisi lain nya Semar dengan maha kesaktian mampu mengalahkan dewa, bisa jadi ini adalah cara orang jawa menjelaskan konsep adagium latin yang sangat kesohor ”Vox populi vox dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan. Artinya penguasa, pengendali aturan, yang tidak mendengar suara rakyat maka tinggal tunggu waktunya dia akan dikutuk Tuhan.

Figur Semar selalu melambangkan dua sisi yang saling berlawanan, ini bisa jadi menjelaskan akan keluasan karakter semar mewakili rakyat, coba perhatikan figur Semar dengan kuncung nya, dia melambangkan kanak-kanak, namun wajahnya sangat tua. Mulutnya tertawa tapi matanya selalu menangis, Semar berdiri sekaligus jongkok. Dalam perilakunya Semar tidak pernah menyuruh, namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya. Ya dialah Semar satu figur dengan dua karakter, kawula sekaligus dewata.

Kita bisa jadi mengenal banyak Superhero, dari Superman yang bisa terbang, Batman yang bisa menggantung laksana kelelawar, Naruto dengan ilmu kanuragan ninja nya sampai AstroBoy yang bisa terbang dengan roket yang ada di kaki.

Bagaimana dengan Semar sang superhero ala jawa ini ?, apa senjata pamungkasnya ?, (maaf), kentut..., senjata pamungkas yang bisa jadi tak pernah terpikir oleh pencipta superhero lain di seluruh dunia. Kentut Semar jadi senjata pamungkas yang digunakan ketika seluruh kesaktian pandawa tak mempan melawan musuhnya. Kentut Semar konon tidak untuk membunuh, kentut semar menyadarkan. Meski mempunyai senjata yang ampuh, namun Semar bukan typikal pengumbar kentut, dia melepaskannya hanya ketika, seorang Semar harus mengingatkan adanya kesewenangan, dan adanya penyimpangan akan pakem. Menarik untuk disimak pemikiran sang pujangga lokal pencipta tokoh Semar, menempatkan kentut sebagai senjata utama Semar, bisa jadi itu bagian budaya jawa, yang para Raja-Rajanya penuh aturan yang kaku, namun rakyatnya bebas guyon mentertawakan diri sendiri, apalagi yang bisa lebih bebas dibicarakan tanpa aturan dibanding ketika membahas persoalan senjata pamungkas Semar ini ?

”Semar sedang kentut, dan menebar aroma tak sedap kemana – mana, kentut yang tidak membunuh tapi mengingatkan.
Sebagai orang jawa saya faham benar bagaimana filosofi Semar menyampaikan pesan.
Begitulah cara Semar sebagai rakyat (jawa) mengingatkan, ketika melihat mulai ada ketidak beresan, dia diam meskipun ”mbathin”, jika ketidak beresan terus ada, dihadapan sang penguasa, Semar akan tetap membungkuk takzim, meski sisi lainnya Sang Semar kentut. Kentut pengingat. Jika penguasa tetap tak menyadari nya, maka Sang Semar akan makin sering menebar kentutnya, hingga memenuhi ruang dengan aroma tak sedap. Semakin tak diindahkan, semakin sering Semar kentut, semakin sering kentut, matanya semakin berair, bahkan lama-lama Semar menangis suaranya menyayat hati. ”le...le..le.., lha dalah...lha dalah...” sambil kepala mengeleng geleng, seperti batinnya menolak sesuatu, tangan kiri mengacung-acung ke atas menunjuk ke langit, seolah mengingatkan, diatas ada yang Maha Tunggal, dan tangan kanan menunjuk kebawah, seolah menunjuk ke bumi, memberi penjelasan banyak kawula di belantara bumi, sehingga janganlah menjadi menara gading, penuh bangga namun sendirian, tak membumi, tak dikenal kawula. Dan ketika sang penguasa tetap juga tidak mendengar, mata sang Semar tak bisa lagi melihat dengan jernih lantaran dipenuhi air mata, Semar akan mengamuk. Kalau Semar sudah mengamuk, siapa lagi yang mampu menghentikannya? , Semar bisa tidak peduli lagi aturan tatakrama yang berlaku, bahkan Dewa pemegang kendali aturanpun, tak kan mampu menghentikannya.

Ah Dulur...., adakah dulur mencium aroma kentut semar..?, adakah dulur dengar tangis Semar yang menyayat hati...?, semoga Semar tidak mengamuk.
Jika hari-hari ini dulur merasa mulai sesak dengan aroma tak sedap, jika hari-hari ini hati dulur terasa sedih ”mendengar”, tangisan yang menyayat, berbahagialah.... dulur masih punya nurani, konon kata pak dalang, hanya orang yang punya nurani yang bisa melihat kehadiran Semar.

”Le...le...le....,lha dalah...lha dalah.....”

No comments:

Post a Comment