Sunday, December 13, 2009

Anggraeni - JR

Para senopati dan seluruh bala kurawa menghadap Sang Duryudana yang di dampingi Permaisurinya Dewi Banowati. Pertemuan itu rupanya membahas salah satu rencana untuk menghadapi perang Barathayuda. Sang Raja bertitah untuk memulai mempersiapkan para jawara dan salah satunya adalah dengan "menanam jago" Sang Raja Paranggelung Palgunadi ya si Bambang Ekalaya untuk nantinya dijadikan agul-agule kurawa di Padang Kurusetra. Rencana itu rupanya dibocorkan oleh Permaisuri Banowati kepada kekasih gelapnya Sang Arjuna yang sedang ngudi ilmu di padepokan Sokalima.

Padepokan Sokalima

Nampak Aswatama, Arjuno dan dewi Anggraeni menghadap Sang Resi Durna. Sang Dewi yang notabene istri dan permaisuri Prabu Palgunadi memohon diri pamit kepada Sang Guru sehubungan dengan masa megurunya yang sudah selesai.
Sepeninggal Dewi Anggraeni, Arjuna juga mohon pamit kepada Sang Guru. Dan Sang Guru berpesan bahwa bulan depan, di saat bulan purnama, akan di"babarkan" sebuah ilmu kedigdayaan yang baru. Untuk itu Durna mengingatkan Arjuna agar bersiap-siap dan pasti datang di acara itu.

Melihat Arjuna yang pamit setelah perginya Dewi Anggraeni, Aswatama (anak Resi Durna) curiga dan memohon ijin ayahnya untuk mengikuti langkah keduanya. Kekhawatiran Aswatama bukan tanpa alasan mengingat watak wantu-nya Arjuna yang tidak pernah bisa melihat perempuan. Apalagi setelah sekian lama mereka berdua bertemu setiap hari selama berguru bersama di Sokalima. Dan memang terbuktilah semua kekhawatiran itu...

Di tengah jalan, Arjuna berhasil menyusul Dewi Anggraeni dan menghentikan langkahnya. Diundangnya Sang Dewi untuk mampir ke Madukara. Menolak sang Dewi dengan alasan suaminya belum mengijinkannya. Arjuna semakin berani merayu dan sampai pada permohonan supaya Sang Anggraeni mau menjadi istri kesekiannya. Dewi Anggraeni menolak dan mengingatkan Arjuna tentang statusnya sebagai istri Prabu Palgunadi yang masih tunggal guru dengan Arjuna. Tapi bukan Arjuna kalau menyerah begitu saja apalagi dengan pesonanya belum pernah ada bidadari yang menolaknya apalagi jalma manungsa. Arjuna semakin berani sampai akhirnya datanglah sang Aswatama menghalangi.
Peringatan Aswatama agar Arjuna menghentikan tindak asusilanya berakhir pada perang tanding yang tentunya dimenangkan Arjuna dan Aswatama yang ngabur begitu saja. Selama perkelahian, Dewi Anggraeni memanfaatkan moment untuk segera lari meneruskan langkah pulang.

Paseban Keraton Paranggelung

Prabu Palgunadi yang dirundung rindu pada sang Istri, memerintah untuk mengatur penjemputan Dewi Anggraeni di Sokalima. Belum selesai perintah sang Prabu, Dewi Anggraeni telah tiba dengan berlinang air mata. Berceritalah sang Dewi tentang tindak asusila Raden Arjuna terhadapnya. Alih-alih percaya dengan perkataan sang istri, Prabu Palgunadi malah menuduh sang istri yang sebenarnya merayu Arjuna dan setelah ditolak, pulang dan mengarang cerita bohong agar sang suami membalaskan sakit hatinya atas Arjuna. Sumpah Dewi Anggraeni bahwa kesetiaannya tidak luntur hanya karena pesona Arjuna, malah membuat sang Prabu menghunus keris kepada istrinya. Aswatama datang mencegah sang Prabu dan menjelaskan bahwa Istrinya berkata benar.
Marah bukan kepalang sang Prabu, mendengar kelakuan Raden Arjuna yang selama ini dihormatinya sebagai kakak sebeguron malah mau "nerak pager ayu"nya. Saat itu juga dilurugnya Raden Arjuna di Madukara.

Keputren Kesatrian Madukara

Singkat cerita...
Kangen-kangenan Raden Arjuna dengan para istrinya, Dewi Sembadra, Srikandhi, Larasati, dll tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Prabu Palgunadi yang tiba-tiba. Sang Prabu memberikan khabar bahwa maksud kedatangannya adalah atas permintaan Resi Durna untuk menjemput Arjuna dan bersama-sama ke Sokalima lebih awal guna mempersiapkan acara "babar ilmu" bulan depan. Maka berangkatlah mereka berdua.

Tidak lama dari kepergian mereka, para awak pendawa yang lain beserta Krisna tiba di Keputren Kesatrian Madukara. Para istri Arjuna pun bercerita bahwa barusan ada Prabu Palgunadi yang menjemput Arjuna untuk berbarengan ke Sokalima. Curigalah sang Kresna karena belum juga sehari Arjuna pulang dari Sokalima, telah datang utusan sokalima untuk menjemputnya kembali. Karenanya mereka (Kresna dan para Pandawa) menyusul Arjuna dan Palgunadi.

Di Tengah Jalan....

Di tengah jalan Prabu Palgunadi dan Arjuno berdiskusi tentang suatu pelajaran di Sokalima "Dalam hidup ini harus toleransi, Jika tidak mau dicubit jangan dicubit, Jika tidak mau diganggu ya jangan mengganggu '
"Jadi Kakang Arjuna, kalo semisal aku ingin menikah lagi bagaimana menurutmu?", tanya Palgunadi
"Oh aku setuju saja, kalo perlu aku yang akan membantumu, memang siapa yang ingin kamu jadikan istri lagi?"
"Bagaimana kalo yang ingin saya peristri itu istri panjenengan ya Dewi Sembadra"

Merah padam muka Arjuna mendengar kata-kata Palgunadi.
"Ok! Boleh! Tapi setelah kau langkahi mayatku!"

Sebelum kondisi antara keduanya lebih memanas, Prabu Palgunadi mengatakan betapa merasa dipermalukan dia karena kelakuan Raden Arjuna ya Palgunadi yang memaksa istrinya Dewi Angraeni untuk jadi istrinya.

Dan selanjutnya pertikaian kedua kesatria itu tidak terelakkan. Keduanya merasa telah terhina satu sama lainnya. Dari mulai jurus tapak kosong sampai jurus pakai senjata hingga ilmu kebatinan dikerahkan. Keduanya tan tedas senjata akhirnya mengeluarkan ajian Pamungkas. Ajian pamungkas Arjuna tidak mempan terhadap Palgunadi. Tapi alangkah mengejutkan ketika Palgunadi melancarkan ajian pamungkas nya kepada Arjuna mengakibatkan Arjuna mati. yaa Arjuna MATI!.

Terkejut, heran, dan bangga memenuhi hati sang Prabu setelah berhasil mengalahkan orang yang dijagokan Dewa. Untuk mencari jawaban keheranannya, pergilah sang Prabu ke Sokalima.

Jasad Arjuna yang ditinggal begitu saja ditemukan oleh rombongan Krisna dan para awak Pandawa. Maka dengan kesaktian "kembang Wijaya Kusuma" milik krisna, Arjuna dihidupkan kembali. Arjuna yang diinterogasi.
Kresna malah akhirnya mengatakan bahwa mungkin resi Durna itu "mban Cinde mban siladan" (= pilih kasih). Karena bagaimana mungkin Arjuna yang katanya murid kesayangan Resi Durna bisa kalah dengan Palgunadi yang lebih junior di Sokalima. Mendengar itu langsung Arjuna pergi ke Sokalima.

Padepokan Sokalima

Entah bagaimana dan apa yang terjadi di jalan, nyatanya justru Arjuna yang sampai Sokalima terlebih dahulu dibandingkan Prabu Palgunadi. Kedatangan Arjuna yang tiba-tiba dengan menghunus keris membuat sang Resi Durna ketakutan. Ternyata Arjuna merajuk minta dibunuh saja karena sang guru yang memberikan ilmu yang lebih tinggi kepada yuniornya Prabu Palgunadi. Terbukti dengan kekalahan Arjuna sampai mati. Mendengar rajukan murid terkasihnya, Resi Durna menjanjikan akan memberikan jimat yang lebih ampuh dan kematian Palgunadi

Tak lama berselang setelah Arjuna pergi ke belakang, Prabu Palgunadi datang dan menceritakan kejadian perkelahian yang berakhir dengan kematian Arjuna setelah menggunakan jimat cincin pusaka "mustika Ampal". Dengan muslihatnya, Durna mengatakan bahwa pusaka itu harus di "reload" setiap habis dipakai untuk membunuh orang. Dan orang yang bisa me"reload" hanyalah Durna sendiri. Percaya saja dengan tipuan Durna, Palgunadi mengijinkan Durna melepas cincin yang tertanam di jari kanannya. Lepasnya cincin disertai lepasnya jari Palgunadi dan lebih parah lepasnya juga nyawa sang Prabu. Sebelum nyawa benar-benar lepas dari badan, Palgunadi yang telah menyadari kelicikan Durna mengucapkan sumpah kutukan dendam, bahwa nanti di Bharatayudha Durna akan mati di tangan titisannya.
Palgunadi akan menitis ke Drestojumeno..kelak dialah yg akan memenggal kepala sang Durna dalam perang Baratayuda ( dalam cerita " Durno Gugur " )

Melihat tubuh suaminya yang sudah tidak bernyawa, Anggraeni sang istri setia harakiri disamping sang suami...

No comments:

Post a Comment