Thursday, December 17, 2009

Sastra Djendra 3 - Moel

Wejangan dilakukan disuatu tempat.khusus diistana, yang tidak bisa didengar dan dilihat orang. Yang ada hanya Wisrawa dengan Sukesi, dua-duanya duduk bersila berhadapan dilantai yang digelari permadani.dan ditaburi harumnya bunga melati serta bau dupa yang harum dan selaras dengan ritme wejangan sang wisrawa yang membawakannya dengan lembut penuh perasaan.

Pada mulanya, wejangan berjalan sangat serius, dengan menggunakan lantunan kalimat yang enak dengan suara lirih. Wisrawa berkata dengan hati-hati supaya tidak salah, Sukesi mendengarkan dengan cermat. Uraian terus berlanjut, kadang-kadang Sukesi menyela dengan bertanya. Wisrawa tahu dari caranya dan pertanyaan yang diajukan oleh Sukesi sebenarnya Sukesi sudah tahu Sastra Jendra.

Lama-lama, kekakuan dalam komunikasi lenyap, lalu menjadi lebih luwes, terkadang diselingi senyuman dan saling curi pandang.disertai aliran darah yang merona diwajah Sukesi kadang-kadang mendesah lirih bila wejangannya menai hatinya

Sukesi mulai mengagumi pria yang berbicara dengan sopan, manis dan berbobot, yang duduk dihadapannya.Logat bicaranya amat menarik, gerakan tubuh, bibir ,sorot matanya dan tangannya lebih mempertegas uraian yang diberikan dengan jelas.Dari pandangan-pandangan sekilas yang diarahkan kewajahnya, tak pelak lagi pria ini ganteng sekali pikir Sukesi.Belum pernah sebelumnya Sukesi bertemu dengan pria yang pintar dan sekaligus tampan seperti ini.perasaannya mulai bercampur baur disertai dengan derunya asmara

alunan dendang cinta pun bersambut ,Wisrawa dalam hati memuji Sukesi. “Waduh-waduh, putri raja yang dihadapkanku ini cantik luar biasa , sorot matanya indah , pandang tak jemu lah dan lagi luas wawasannya dan pandai sekali” Mula-mula dia masih berpikir bahwa Sukesi sangat cocok untuk menjadi permaisuri putranya,. Oleh karena itu, hatinya senang dan dia banyak tersenyum supaya lamaran bagi anaknya disetujui oleh Sukesi.Meskipun, kadang-kadang pikirannya mulai melenceng membayangkan belaian tanganya lembut di kulit yang halus: “Ah, belum pernah aku ketemu perawan secantik ini, wajahnya bercahaya lembut, tubuhnya indah, tutur kata indah dan menarik bagai intan permata.Oh alangkah bahagianya bila aku bisa membelainya”..Tapi dalam sekejap ,Wisrawa mampu menepis goda pikir itu dan kembali rasional kepada misi yang diembannya.

Penguraian Sastra Jendra baru pada tahapan pembuka, keduanya mulai lebih banyak berkomunikasi, lebih bebas bicaranya.. Entah bagaimana mulanya, kedua pihak saling tertarik. Rasa saling tertarik merasuk dalam kedalam hati pria dan wanita yang hanya berdua ditempat sepi.

Keduanya dirasuki kobaran nafsu asmara yang menggelora. Tidak ada lagi basa basi, ewuh pakewuh-rintangan sopan santun dan tata susila, atas nama asmara ,segalanya bisa dilakukan.
Hanya sejenak bertemu dan berkenalan, Wisrawa dan Dewi Sukesi cepat larut dalam pelayaran memadu kasih yang meledak-ledak, kenikmatan nafsu yang tak terkendali. Mereka secepat kilat terlibat dalam Love Affairs- hubungan cinta antara seorang calon mertua dengan seorang calon menantu.

Nafsu yang lepas kendali, telah berhasil mengalahkan pikiran jernih. lupa akan jati dirinya dan misi yang di embannya dan terjadilah olah asmara yang indah bak dunia ini milik kita berdua

No comments:

Post a Comment