PETRUK dikenal pula dengan nama Dawala, Kantongbolong, Dublajaya dan Pentungpinanggul. Petruk lazim disebut sebagai anak Semar, masuk dalam golongan panakawan. Sebelumnya ia benama Bambang Pecrukpanyukilan/bambang sukmonglemboro, ,putra Bagawan Salantara yang berwujud gandarwo dari padepokan Kembangsore. Ia sangat gemar bersendagurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi.
Bamban Pecrukpanyukilan pergi berkelana untuk menguji kesaktian. Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukskati , putra Resi Sukskadi dari padepokan Blubluktba, yang pergi dari padepokannya di atas bukit untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelai sangat lama, berhantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi penuh cacad dan beda sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelaian mereka berhenti setelah dilerai oleh Sanghyang Ismaya/Semar dan Bagong.
Setelah diberi fatwa dan nasehat, Bambang Sukskati dan Bambang Pecrukpanyukilan menyerahkan diri dan berguru kepada Semar, dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Karena perubahan wujud tersebut, mereka masing-masing beganti nama, Bambang Sukskati menjadi Nala Gareng, sedangkan Bambang Pecrukpanyukilan menjadi Petruk. Petruk berumur sangat panjang. Ia hidup sampai jaman Madya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment